Jakarta – Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Umarsyah, meluapkan kemarahannya dalam konferensi pers yang digelar di kantor PBNU, Jakarta Pusat, setelah Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Muhaimin Iskandar atau yang lebih dikenal sebagai Cak Imin, menolak untuk hadir dalam undangan diskusi yang diselenggarakan oleh PBNU.
Kekecewaan Umarsyah terlihat jelas ketika ia menyatakan ketidakpuasannya terhadap sikap Cak Imin yang dianggap tidak menghormati NU sebagai organisasi induk yang melahirkan PKB.
Dalam pernyataannya, Umarsyah menegaskan bahwa PBNU akan mengambil langkah-langkah untuk “membereskan” DPP PKB agar kembali pada marwah Nahdlatul Ulama seperti yang diharapkan oleh para alim ulama dan pendiri NU.
“Akan kita bersihkan DPP PKB itu menjadi PKB sesuai dengan harapan para alim ulama, para pendiri NU, dan para pengurus NU,” ujar Umarsyah dengan tegas dalam konferensi pers tersebut.
Penolakan Cak Imin untuk hadir dalam diskusi PBNU memperlihatkan ketegangan yang telah lama membara antara PBNU dan PKB. Sebagai partai politik yang didirikan oleh tokoh-tokoh NU, PKB sering kali dianggap sebagai representasi politik dari kepentingan NU.
Namun, hubungan antara kedua organisasi ini kerap diwarnai oleh perbedaan pandangan dan kepentingan, terutama dalam hal arah kebijakan politik dan kepemimpinan partai.
Umarsyah, sebagai Ketua PBNU, merasa bahwa PKB saat ini telah melenceng dari nilai-nilai yang dianut oleh NU. Ia menilai bahwa PKB harus dikembalikan ke jalur yang sesuai dengan visi dan misi yang ditetapkan oleh para pendiri NU.
Pernyataan keras Umarsyah ini menandakan bahwa PBNU tidak akan tinggal diam melihat perkembangan di PKB yang dianggap tidak sesuai dengan prinsip-prinsip NU.
Meski tidak menjelaskan secara rinci langkah apa yang akan diambil PBNU untuk “membersihkan” DPP PKB, Umarsyah menekankan bahwa pihaknya akan berupaya mengembalikan PKB ke arah yang benar.
Langkah ini mungkin melibatkan perubahan struktur kepemimpinan di tubuh PKB atau intervensi langsung dari PBNU dalam menentukan arah kebijakan partai.
Namun, langkah ini juga bisa memicu ketegangan lebih lanjut antara PBNU dan PKB, yang bisa berdampak pada dinamika politik nasional mengingat PKB merupakan salah satu partai besar di Indonesia.
Hingga berita ini diturunkan, pihak PKB belum memberikan tanggapan resmi atas pernyataan keras Umarsyah. Namun, beberapa sumber internal PKB menyatakan bahwa Cak Imin memiliki alasan tersendiri untuk tidak menghadiri diskusi tersebut, yang kemungkinan berkaitan dengan perbedaan pandangan strategis antara PKB dan PBNU.
Ketegangan antara PBNU dan PKB semakin memanas setelah penolakan Cak Imin untuk menghadiri diskusi yang diinisiasi oleh PBNU. Dengan pernyataan tegas dari Umarsyah, publik kini menantikan bagaimana dinamika ini akan berkembang ke depan, terutama terkait langkah-langkah yang akan diambil PBNU untuk “membersihkan” PKB sesuai dengan marwah NU.
Konflik ini tentu akan berdampak pada hubungan antara kedua organisasi besar tersebut, yang bisa berimplikasi pada konstelasi politik nasional menjelang Pemilu 2024. (Red)