Banda Aceh – Aksi Mbak Rara, seorang pawang hujan yang dikenal sejak ajang MotoGP Mandalika, menuai reaksi keras dari masyarakat Aceh setelah dirinya melakukan ritual di Stadion Harapan Bangsa (SHB) Lhong Raya, Banda Aceh. Stadion tersebut merupakan lokasi yang direncanakan untuk pembukaan Pekan Olahraga Nasional (PON) 2024.
Masyarakat Aceh menyatakan keberatan atas kehadiran Mbak Rara dan menilai aksinya bertentangan dengan syariat Islam serta budaya lokal yang sangat dijunjung tinggi di provinsi tersebut. Mereka meminta agar Mbak Rara segera dipulangkan dan tidak melanjutkan aksinya di Aceh.
Keresahan masyarakat ini dengan cepat sampai ke telinga Penjabat (Pj) Gubernur Aceh, Safrizal. Menyadari situasi yang berkembang, Safrizal segera memanggil pihak perusahaan yang bertanggung jawab atas pembangunan dan renovasi Stadion Harapan Bangsa, yakni PT Wijaya Karya Gedung dan PT Nindya Karya.
Dalam pertemuan tersebut, pihak perusahaan menjelaskan bahwa kehadiran pawang hujan di stadion adalah inisiatif dari pekerja proyek. Tujuannya adalah untuk mengantisipasi hujan agar tidak mengganggu pekerjaan pembangunan dan persiapan stadion menjelang pembukaan PON. Namun, mereka mengakui bahwa inisiatif tersebut diambil tanpa mempertimbangkan sensitivitas masyarakat Aceh yang memiliki keterikatan kuat dengan nilai-nilai keislaman dan budaya lokal.
Pj Gubernur Safrizal menegaskan bahwa tindakan ini tidak dapat dibiarkan begitu saja karena telah menimbulkan keresahan di tengah masyarakat. Ia meminta agar perusahaan segera mengeluarkan pernyataan klarifikasi dan memohon maaf kepada masyarakat Aceh atas insiden tersebut.
“Ini adalah kesalahan besar yang tidak bisa ditoleransi. Kami menghormati segala upaya untuk memastikan kelancaran pembangunan, tetapi harus selalu mempertimbangkan budaya dan nilai-nilai yang dianut masyarakat setempat,” ujar Safrizal.
Pihak perusahaan pun merespons cepat dengan membuat pernyataan resmi yang menyampaikan permohonan maaf mereka kepada masyarakat Aceh. Selain itu, mereka memastikan bahwa Mbak Rara telah dipulangkan dan tidak akan melanjutkan aksinya di Banda Aceh. Keputusan ini diambil demi menjaga ketertiban dan menghormati norma-norma yang berlaku di wilayah Aceh.
Masyarakat Aceh menyambut baik langkah cepat yang diambil oleh Pj Gubernur dan perusahaan terkait. Mereka berharap insiden serupa tidak akan terulang di masa mendatang, terutama menjelang acara besar seperti PON yang diharapkan dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan nilai-nilai kearifan lokal.
Acara pembukaan PON di Aceh tetap dijadwalkan berlangsung sesuai rencana, dengan harapan bahwa semua pihak dapat bekerja sama untuk menjaga kesuksesan dan keharmonisan acara tersebut. (Red)