Sleman – Penceramah kondang Gus Miftah akhirnya memutuskan untuk mundur dari jabatannya sebagai Utusan Khusus Presiden untuk Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan. Keputusan tersebut diumumkan dengan penuh emosi dalam konferensi pers yang digelar di Pondok Pesantren (Ponpes) Ora Aji, Sleman, Yogyakarta.
Dengan suara bergetar dan air mata yang mengalir, Gus Miftah menyatakan bahwa keputusan ini diambil setelah perenungan panjang atas berbagai peristiwa yang terjadi, termasuk polemik di masyarakat. “Saya memutuskan untuk mengundurkan diri dari tugas saya sebagai Utusan Khusus Presiden Kerukunan Beragama dan Pembinaan Sarana Keagamaan,” ucap Gus Miftah, di hadapan awak media.
Langkah ini diambil setelah muncul polemik kasus olok-olok penjual es teh yang viral dalam sebuah acara pengajian di Magelang. Kasus tersebut menuai reaksi keras dari berbagai pihak, termasuk desakan agar dirinya mundur dari jabatannya. Bahkan, sejumlah petisi muncul mendesak Presiden Prabowo Subianto untuk mencopot Gus Miftah dari posisinya.
Namun, Gus Miftah dengan tegas menyatakan bahwa pengunduran dirinya tidak didasari oleh tekanan atau desakan pihak mana pun. Keputusan tersebut, menurutnya, lahir dari rasa tanggung jawab dan kecintaannya terhadap negara serta Presiden Prabowo Subianto.
“Keputusan ini saya ambil bukan karena ditekan oleh siapa pun, bukan karena permintaan dari siapa pun,” kata Gus Miftah. “Tetapi semata-mata keputusan ini saya ambil karena rasa cinta, hormat, dan tanggung jawab saya yang mendalam terhadap Bapak Presiden Prabowo Subianto, serta seluruh masyarakat Indonesia,” imbuhnya.
Dalam kesempatan itu, Gus Miftah juga menyampaikan permohonan maaf kepada masyarakat Indonesia yang mungkin merasa kurang nyaman atau tersinggung atas peristiwa yang terjadi. Ia berharap keputusannya ini dapat menjadi langkah terbaik untuk meredakan suasana serta menjaga kerukunan antarumat beragama di Indonesia.
Sementara itu, pihak Istana Kepresidenan belum memberikan tanggapan resmi terkait pengunduran diri Gus Miftah. Namun, langkah ini dinilai sebagai bentuk tanggung jawab moral dari seorang tokoh agama yang selama ini dikenal luas sebagai sosok moderat dalam dakwah.
Konferensi pers diakhiri dengan doa bersama yang dipimpin langsung oleh Gus Miftah. Ia meminta masyarakat tetap bersatu, menjaga kedamaian, dan menjadikan perbedaan sebagai kekuatan bersama. “Mari kita saling mendukung, saling mendoakan, dan terus menjaga Indonesia sebagai negara yang penuh harmoni,” tutupnya. (Red)