Medan – Debat publik pertama Pilkada Sumatera Utara (Sumut) berlangsung meriah di Hotel Grand Mercure Medan, Rabu malam (30/10). Debat ini menghadirkan pasangan calon gubernur dan wakil gubernur, Bobby Nasution-Surya Rahmad Hidayat serta Edy Rahmayadi-Hasan Basri, yang memaparkan visi, misi, dan program unggulan masing-masing.
Pasangan Bobby-Surya mengawali paparan dengan visi “Kolaborasi Sumut Berkah Menuju Sumatera Utara yang Unggul, Maju, dan Berkelanjutan”. Mereka menjanjikan program-program yang menekankan pada peningkatan layanan publik, khususnya di bidang kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur. Salah satu program unggulannya adalah pengadaan Kartu Kesehatan Sumut dan Kartu Bantuan Pendidikan, yang diharapkan dapat memudahkan akses kesehatan dan pendidikan dalam dua tahun masa kepemimpinan mereka.
Selain itu, pasangan ini berkomitmen menghadirkan kemudahan dalam akses listrik, bahan pokok, serta menjalankan program digitalisasi pelayanan publik. Bobby menegaskan bahwa misinya adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM), menjaga stabilitas ekonomi daerah, memperbaiki tata kelola pemerintahan, mengembangkan infrastruktur yang estetik dan ramah lingkungan, serta memperkuat ketahanan sosial dan budaya di Sumatera Utara.
Sementara itu, pasangan Edy-Hasan menawarkan visi “Sumatera Utara yang Unggul, Maju, dan Berkelanjutan”. Dalam misinya, Edy-Hasan menyoroti pentingnya membangun SDM berkualitas, menciptakan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, serta memperkuat tata kelola pemerintahan yang efektif. Mereka juga menekankan pentingnya kesiapsiagaan terhadap kondisi darurat dan bencana, serta meningkatkan daya saing Sumut di tingkat nasional.
Edy mengungkapkan bahwa keberagaman Sumut adalah kekuatan, dan memimpin daerah ini dengan cinta adalah bagian dari kecintaannya terhadap bangsa. Ia juga berjanji mengalokasikan 20 persen dana pendidikan dan menghapus kutipan-kutipan yang tidak sah di bidang pendidikan, agar pelayanan pendidikan dapat diakses lebih adil.
Setelah penyampaian visi-misi, acara berlanjut ke segmen tanya-jawab dari panelis yang menyentuh tema utama “Pelayanan Publik dan Kesejahteraan Masyarakat”. Pertanyaan mencakup subtema seperti pelayanan kesehatan (ketersediaan dokter dan fasilitas kesehatan, digitalisasi pelayanan), pelayanan pendidikan (pemerataan angka partisipasi, pendidikan inklusif, digitalisasi pendidikan, dan ketersediaan guru di daerah), serta optimalisasi pelayanan birokrasi (digitalisasi, pengawasan, isu KKN/pungli).
Subtema lainnya adalah kesejahteraan masyarakat, dengan sorotan pada pengentasan kemiskinan, pemberdayaan ekonomi desa dan kota, serta problematika sosial seperti narkotika, geng motor, dan judi online. Dampak digitalisasi terhadap masyarakat juga dibahas, terutama dalam konteks sektor informal, pemberdayaan UMKM, dan PHK.
Kedua pasangan tampak bersemangat dalam menanggapi pertanyaan panelis, yang diikuti dengan tanggapan antar-paslon yang membuat arena debat kian hangat. Sorakan dan yel-yel pendukung turut meramaikan suasana, meski kadang moderator Gina Febriona dan Dedi Suyanda, SH, MKn, harus menenangkan pendukung yang memanas.
Sebelum debat dimulai, Ketua KPU Sumut, Agus Arifin, mengingatkan kedua pasangan calon untuk mengikuti debat sesuai ketentuan agar acara berjalan tertib. Debat berlangsung selama tiga jam, dibagi dalam lima segmen, dengan pertanyaan berasal dari panelis serta para ahli, dan disiarkan langsung oleh TVRI dan Garuda TV mulai pukul 20.00 WIB.
Sempat terjadi insiden di luar arena, tepatnya di pintu masuk hotel, di mana pendukung paslon yang tidak memiliki tanda pengenal bersikeras masuk dan terlibat ketegangan dengan petugas keamanan. Berkat koordinasi petugas, ketegangan berhasil diredakan, dan acara berjalan dengan lancar hingga selesai. (Red)