Medan — Ketua Umum Kelompok Pemuda Optimal Indonesia (KEPOIN), Sakti Khan Tambunan, menegaskan bahwa pemuda tidak hanya menjadi pewaris kemerdekaan, tetapi juga penentu arah masa depan bangsa. Menurutnya, sejarah telah membuktikan bahwa setiap tonggak perubahan besar di Indonesia selalu melibatkan peran sentral pemuda, mulai dari Sumpah Pemuda 1928, Proklamasi 1945, hingga Reformasi 1998.
Namun, ia menilai tantangan yang dihadapi pemuda di era sekarang sangat berbeda. Globalisasi, disrupsi teknologi, degradasi moral, dan ketimpangan sosial menuntut kesiapan mental, intelektual, dan kepemimpinan generasi muda.
“Peran pemuda tidak boleh hanya sebatas retorika seremonial. Pemuda harus hadir sebagai motor penggerak inovasi, pengawas jalannya pemerintahan, dan jembatan penghubung antar elemen masyarakat,” tegas Sakti Khan.
“Kita harus memanfaatkan kemajuan teknologi untuk kepentingan publik, mendorong kebijakan yang berpihak pada rakyat, serta mengedepankan dialog yang membangun persatuan, bukan perpecahan,” tambahnya.
Sakti Khan juga mengajak pemuda untuk keluar dari zona nyaman dan berkontribusi nyata melalui berbagai jalur, seperti organisasi, karya kreatif, wirausaha sosial, hingga aksi kemanusiaan. Menurutnya, di era digital, keberanian berpikir kritis, integritas moral, dan kolaborasi lintas sektor adalah modal utama untuk membawa Indonesia melesat maju.
“Masa depan negeri ini bukan sekadar diwariskan kepada kita, tetapi kita sendirilah yang akan membangunnya,” ujarnya.
Dukungan dari Akademisi
Pernyataan Sakti Khan mendapat dukungan penuh dari akademisi Kota Medan, Dr(c). Muhammad Ilham, S.Pt, SH, MH. Ia menilai bahwa pandangan Ketua Umum KEPOIN tersebut sejalan dengan realitas sejarah dan tantangan masa kini.
“Saya sepenuhnya sependapat, pemuda adalah penentu arah masa depan bangsa. Keberanian, idealisme, dan semangat juang pemuda telah menjadi energi perubahan besar bagi Indonesia,” kata Ilham.
“Seruan untuk keluar dari zona nyaman adalah panggilan moral yang perlu kita respon dengan tindakan nyata,” tambahnya.
Ilham menekankan bahwa pemuda masa kini tidak boleh hanya menjadi penikmat kemerdekaan, melainkan harus menjadi pengawal keberlanjutan cita-cita kemerdekaan. Bentuk kontribusi dapat berupa pengawasan kebijakan publik, inovasi teknologi, pengembangan ekonomi kreatif, hingga partisipasi dalam kegiatan sosial.
Menurutnya, era digital memberi peluang besar untuk memperluas pengaruh positif dan mempercepat perubahan, tetapi peluang tersebut hanya akan bermakna jika diiringi integritas, literasi digital yang baik, dan komitmen menjaga persatuan bangsa.
“Mari manfaatkan teknologi bukan sekadar untuk hiburan, tetapi sebagai alat memperjuangkan keadilan sosial, pemerataan pembangunan, dan kemajuan peradaban,” tegas Ilham.
Mengutip pesan Bung Karno, Ilham menutup pernyataannya:
“Beri aku sepuluh pemuda, niscaya akan kuguncang dunia. Kini tugas kitalah untuk membuktikan kata-kata itu di era kita sendiri.” (Red)