Pematangsiantar-tuntasnews-net – Aksi unjuk rasa besar-besaran mengguncang Kota Pematangsiantar pada Senin (01/09/2025), ketika ribuan massa yang terdiri dari mahasiswa dan masyarakat, termasuk pengemudi ojek online (ojol), melakukan empat gelombang aksi secara bergantian di depan Mapolres Siantar dan kantor DPRD Kota Pematangsiantar.
Aksi demonstrasi ini sempat memicu beberapa insiden dorong-dorongan dengan aparat hingga pelemparan benda keras, meski secara keseluruhan berlangsung dalam keadaan aman dan kondusif.
Gelombang Pertama: Cipayung Plus dan Koalisi Masyarakat Sipil.
Unjuk rasa pertama dimulai oleh kelompok Cipayung Plus yang terdiri dari organisasi mahasiswa seperti HMI, PMKRI, GMNI, GMKI, HIMMAH, serta puluhan driver ojol. Massa awalnya menggelar orasi di depan Mapolres Siantar. Namun, karena Kapolres AKBP Sah Udur Sitinjak tidak berada di lokasi, massa bergerak menuju kantor DPRD Kota Pematangsiantar yang saat itu dalam kondisi tertutup rapat.
Aksi massa sempat memanas karena gerbang DPRD dikawal ketat oleh aparat yang membentuk pagar betis, memicu dorong-dorongan antara pengunjukrasa dan polisi. Bahkan, terjadi pelemparan benda keras yang mengenai beberapa anggota TNI dan Polri di halaman kantor dewan.
Setelah orasi bergantian, massa akhirnya diterima oleh unsur Forkopimda Kota Pematangsiantar, termasuk Ketua DPRD Timbul Marganda Lingga, Wakil Ketua Frengki Boy Saragih, Erwin Siahaan, Hendra Pardede, Franz Theodore Sihaloho dan sejumlah anggota DPRD lainnya.
Massa menyuarakan pernyataan sikap yang antara lain menuntut:
Pembatalan tunjangan mewah DPR RI.
Penghentian tindakan represif aparat.
Pengesahan RUU Perampasan Aset.
Reformasi Polri dan Penegakan HAM
Seluruh poin tersebut disetujui dan ditandatangani dalam bentuk fakta integritas oleh unsur Forkopimda, yakni Ketua DPRD, Walikota Wesly Silalahi, Kapolres, Danrem 022/PT Kol. Inf Agus Suprioni, dan Kepala Kejaksaan Negeri Siantar, Erwin Purba.
Gelombang Kedua: Aliansi Solidaritas Mahasiswa dan Masyarakat.
Gelombang kedua berlangsung lebih panas dengan pembakaran ban oleh massa dari Aliansi Solidaritas Mahasiswa dan Masyarakat se-Kota Pematangsiantar, yang menyebabkan asap tebal membubung.
Namun, aksi sempat diwarnai insiden kriminal ketika seorang pria kedapatan mencuri ponsel milik seorang siswa SMA. Pelaku sempat dipukuli massa sebelum diamankan dan dikeluarkan dari kerumunan.
Tuntutan dalam aksi ini termasuk:
Pembatalan dan penghapusan tunjangan DPRD Kota Pematangsiantar.
Pengesahan RUU Perampasan Aset dan RUU Anti Korupsi.
Ketua DPRD dan Walikota kembali menandatangani fakta integritas terkait tuntutan tersebut.
Gelombang Ketiga: Aksi Solidaritas Mahasiswa dan Masyarakat
Aksi ketiga kembali memadati kantor DPRD Kota Pematangsiantar dengan tuntutan yang lebih radikal, di antaranya:
Pembubaran DPR RI.
Pengesahan RUU Perampasan Aset.
Pengembalian fungsi TNI dan Polri sebagai pengayom masyarakat
Ketua DPRD Timbul Marganda Lingga kembali menandatangani fakta integritas. Di sisi lain, Walikota Wesly Silalahi turut menyatakan komitmennya membatalkan berbagai kebijakan yang tidak berpihak pada masyarakat, termasuk:
Pembatalan pembangunan kantor DPRD.
Renovasi Pasar Horas sebagai prioritas
Pembatalan kenaikan NJOP hingga 1000 persen
Dalam aksi ini, massa juga menyuarakan penolakan terhadap anggota DPRD dari Fraksi NasDem, Robin Manurung, yang sebelumnya dituduh memukul mahasiswa saat unjuk rasa terkait RUU TNI. Ketua BKD DPRD, Ramses Manurung, menjelaskan bahwa laporan terhadap Robin sudah dicabut pada 10 Agustus 2025, namun massa tetap menyerukan penolakan atas ketidakhadiran Robin di tengah aksi.
Gelombang Keempat: PMII, IMM, dan Koalisi Masyarakat Sipil
Unjuk rasa terakhir digelar oleh PMII, IMM, dan Koalisi Masyarakat Sipil. Mereka menuntut transparansi gaji, tunjangan, dan fasilitas DPRD, serta gaya hidup sederhana dari para wakil rakyat.
Poin tuntutan lainnya:
Evaluasi kenaikan NJOP oleh pansus DPRD.
Penyerapan aspirasi driver ojol.
Permintaan kepada Polres Kota Pematangsiantar untuk aktif mengatasi kemacetan di Jalan Merdeka
Aksi ini sempat kembali memanas ketika hujan deras mengguyur lokasi, dan massa berhasil menjebol pintu gerbang kantor DPRD Kota Pematangsiantar. Meskipun begitu, aksi berakhir dengan tertib.
Ke empat gelombang unjuk rasa ini berhasil menyatukan suara mahasiswa dan masyarakat dalam menyuarakan ketidakpuasan terhadap berbagai kebijakan elit politik. Meski sempat terjadi insiden, secara umum aksi berjalan tertib dengan pengamanan ketat dari aparat dan disaksikan ribuan warga di sekitar Jalan H. Adam Malik dan Lapangan H. Adam Malik. (BARA)